--> Skip to main content

Motivasi : Penemu Cat Aksritex itu Ternyata Seorang Guru


Semangat Nanik Rasidah patut ditiru. Perempuan yang berprofesi sebagai guru di SMPN 3 Taman itu terus berkreasi hingga menemukan jenis cat kain baru yang telah dipatenkan: Aksritex. Dia juga banyak terlibat dalam kegiatan ekonomi kreatif. Wajar jika dia menyabet penghargaan Citra Wanita Kartini pada 2017. Beberapa hari lalu Jawa Pos berkesempatan datang ke rumahnya. Rumah Nanik menunjukkan kesan kreatif. Berwarna-warni. Dindingnya berwarna hijau. Terdapat lukisan kanvas bunga dengan warna kuning, merah, dan hijau. Bantal sofanya juga berwarna. Lagi-lagi motif bunga. Perempuan 48 tahun itu memang menyukai tumbuhan.

Motif bunga tersebut merupakan hasil karya olesan Nanik. Uniknya, cat yang dituangkan merupakan buatan sendiri. Warna yang dihasilkan cerah dan tidak luntur saat dicuci. Biasanya, warna cat pada kain terasa kaku. Namun tidak dengan cat tersebut. Rasanya lembut di tangan. Namanya Aksritex. Cat untuk kain, poster, dan kaca. ''Alhamdulillah sudah dipatenkan. Awalnya kain saja, tapi saya kembangkan,'' katanya.

Keunggulan lain, lanjut Nanik, Aksritex baik digunakan anak karena bersifat ramah lingkungan. Dia mencontohkan saat belajar seni tekstil. Siswa mengoleskan warna pada kain. Biasanya, cat akan mengenai kulit dan susah hilang. Aksritex beda. Sekali bilas dengan air, bekas cat akan hilang. ''Sifatnya hanya menyerap pada kain,'' jelasnya.

Karena temuan cat jenis baru miliknya, guru SMPN 3 Taman itu menarik perhatian sekolah lainnya. Banyak guru seni budaya dan keterampilan (SBK) yang memesan Aksritex untuk uji latihan dan praktik seni tekstil. Menurut dia, cat itu cukup efisien karena murah ''Rp 22 ribu bisa dapat 10 warna. Eceran maupun grosir bisa,'' tuturnya. Atas dedikasinya, warga Kelurahan Kemasan, Krian, tersebut mendapat penghargaan Citra Wanita Kartini 2017 dari Bupati Saiful Illah di bidang ekonomi kreatif. Nanik mengatakan, Aksritex banyak diminati sekolah. Bahkan, ada warga Kalimantan yang pesan. ''Ada 44 SMPN di Sidoarjo dan semuanya pakai ini,'' lanjutnya.

Dalam pengembangannya, Nanik tidak hanya menggunakan Aksritex untuk melukis kain dan poster. Kali ini dia juga mengoleskan hiasan dalam bentuk papan kayu dan aluminum. Di SMPN 3 Taman tempat dia mengajar, siswa membuat lukisan rambu. Hasilnya ditempel di sekitar sekolah. ''Batu juga,'' tambahnya.

Ibu dua anak itu tidak menyangka karyanya menjadi perhatian banyak orang. Padahal, ketika di bangku sekolah, dia sering dikucilkan temannya. Setiap kali waktunya bermain, dia tidak pernah diajak. Bahkan, gurunya sering pilih-pilih di kelas. ''Karena tidak tenang, saya sempat mau bunuh diri,'' paparnya.

Tidak lama kemudian, Nanik bangkit. Ketika kelas II, dia mengumpulkan hasil karya bunga dari kertas. Jenisnya mawar. Guru langsung melirik bunga tersebut dan menunjukkannya ke seisi ruangan bahwa hasil itu terbaik. Semangat Nanik pun membara untuk terus berkarya.

Dua tahun kemudian, dia memberanikan diri untuk membordir kain. Secara otodidak, Nanik hanya melihat tetangganya membordir, lalu mempraktikkannya. Hasilnya diperjualbelikan. ''Masih kecil, sekitar kelas IV-VI SD,'' paparnya.

Sejak saat itu jiwa keterampilan dan kewirausahaan tumbuh dalam diri Nanik. Ketika kuliah, dia membuat kartu Lebaran dalam bentuk boneka jepang yang terbuat dari kertas. Lalu, kartu itu diwarnai dengan menggunakan cat air. Setelah lulus, dia menjadi guru, tepatnya pada 1993.

Inovasi Aksritex muncul dari adanya kurikulum seni tekstil yang harus diajarkan kepada siswa. Awalnya, mereka membuat tulisan di spanduk dengan menggunakan cat kain pada umumnya. Menurut dia, hal itu tidak awet. Kemasannya yang berbentuk seperti pasta gigi ketika ditutup sering tidak rapat sehingga cepat padat. ''Hari ini beli, minggu depan sudah keras tidak bisa dipakai,'' katanya.

Selanjutnya, anak-anak sering membuat warna baru. Nah, modalnya harus cat putih. Di pasar, pembelian khusus warna putih tidak ada, harus satu set. Karena itu, Nanik sedikit mengeluhkan modal pembelajaran yang begitu besar. Dia lantas mengolah cat sendiri.

Dia membuat warna yang sedikit tidak luntur. Namun, warna yang dihasilkan transparan alias bening. Meski begitu, kerja kerasnya mulai menuai hasil. Ada sembilan bahan cat yang dicampur. Salah satunya Hiegan sebagai pelembut. Warnanya cerah dan tidak membekas di kulit. Juga, bersifat menyerap di kain dan tidak mudah luntur. Sekarang Aksritex mulai populer digunakan dalam kurikulum seni tekstil. Nanik yang dulu sering dikucilkan sekarang diperhatikan. (robby/c15/ano)

Sumber : JPNN
Comment Policy: Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini. Komentar yang berisi tautan tidak akan ditampilkan sebelum disetujui.
Buka Komentar
Tutup Komentar